Setia: Jangan Asal Ucap Kalau Kamu Tidak Tahu.

Setia: Jangan Asal Ucap Kalau Kamu Tidak Tahu.

KAGHAS.- Kita semua mengenal kata setia, bahkan hampir setiap hari kita mengucapkan bahkan sanggup bersumpah dengan kata setia. Kata setia sangat penting dan menjadi ukuran nilai moral dan integritas seseorang. Mungkin Anda pernah meminta kesetiaan pada seseorang, tapi apakah kamu tahu tentang setia.?

Seorang suami dituntut kesetiaannya, begitu juga seorang istri juga dituntut kesetiaanya. Rakyat dituntut untuk setia pada negaranya, bawahan diminta kesetiaan pada atasannya, pemimpin juga harus setia pada rakyatnya. Semua hubungan sosial kita dilandasi dengan kata setia ini. Apabilah kata setia ini hancur, maka akan ada sendi kehidupan yang rusak. Bisa jadi seorang istri kehilangan suaminya. Seorang sahabat kehilangan sahabatnya, negara bisa hancur, ketika kesetiaan hancur. Seorang pemimpin akan hancur saat kesetiaan bawahan atau rakyatnya tidak ada lagi.

Kata setia begitu intim dan penting disemua sisi kehidupan. Lalu dari mana awal kata setia ini. Apa filoshofi dari kata setia. Bangsa kita awal perkembangan peradabannya dimulai dari masuknya pengaruh kebudayaan India (hindu-budha). Budaya yang paling kuat mempengaruhi adalah bahasa. Dimana dasar-dasar bahasa kita berasal dari serapan kosa kata bahasa sanskerta. Sangat sedikit bahasa asli kita masih tertinggal. Dari bahasa sanskerta itulah kita mengenal kata setia.

Kata setia diambil dari nama tradisi hindu dimana seorang istri atau suami dituntut setia pada pasangannya. Mereka dituntut tidak lagi menikah setelah menikah, walau pun dalam keadaan menjanda atau menduda. Ajaran tersebut dalam agama hindu dinamakan sewala brahmancari atau menikah hanya satu kali pada waktu deha (perawan) saja. Seseorang yang menitikberatkan pada ajaran sewala brahmancari walau dia berpisah dengan pasangan hidupnya, baik itu karena meninggal atau karena bercerai hidup.

Seorang wanita tersebut tidak mau menikah lagi. Ada pantangannya, walau dia tidak menikah tapi melakukan hubungan diluar nikah, maka hakikat dari sewala brahmancari tidak sah atau hilang. Pada umumnya yang dapat melaksanakan sewala brahmancari kaum ibu (Wanita). Namun dalam kondisi menjanda atau ditinggal suami meninggal. Seorang wanita atau seorang suami akan menjumpai banyak godaan dari lawan jenis.

Sehingga dikhawatirkan mereka akan melanggar hakikat sewala brahmancari yang mereka jalankan. Maka, seorang wanita biasanya menikam dirinya dengan keris atau benda tajam untuk mengakhiri hidupnya. Kadang ada yang langsung menerjunkan dirinya pada kobaran api pembakaran suaminya. Apa yang mereka lakukan mengakhiri hidupnya demikian, untuk menjaga sewala brahmancari. Dan nama mengakhiri hidup menikam diri dengan keris atau terjun kedalam apa pembakaran jenazah suaminya dikenal dengan nama mesatya.

Dari kata dan taradisi mesatya itulah kemudian diserap kedalam bahasa Indonesia, menjadi setia. Alasan apa membuat seorang istri sanggup melakukan hal ekstrim demikian. Karena mereka ingin menjadi istri yang setia, dan ingin bersama suaminya di dunia dan di alam kematian. Maka yang perlu dilakukan adalah tidak melakukan hal yang menyakitinya saat masih hidup dan sesudah meninggal dunia.(red)

Palembang, 4 Agustus 2022.

Sumber: Made Purna, Dkk. Kajian Naskah Awi-Awian dan I Dremen. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992-1993.

Sy. Apero Fublic